Minggu, 19 Juni 2016

JENIS-JENIS KEPUTUSAN INVESTASI MODAL

TUGAS

Nama  : Rahmalia Putri
NPM   : 47213170
Kelas  : 3DA01
Analisis Laporan Keuangan #

JENIS-JENIS KEPUTUSAN INVESTASI MODAL

Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup perusahaan, karena keputusan investasi menyangkut dana yang digunakan untuk investasi, jenis investasi yang akan dilakukan, pengembalian investasi dan resiko investasi yang mungkin timbul.

keputusan investasi modal (capital investmen decisions) berkaitan dengan proses perencanaan, penetapan tujuan, dan prioritas, pengaturan pendanaan, dan penggunaan kriteria tertentu untuk memilih aktiva jangka panjang.

Karena keputusan investasi modal menempatkan sebagian sumber daya perusahaan pada resiko, sehingga keputusan investasi modal adalah keputusan yang amat penting yang diambil oleh para manajer.

Untuk menganalisa keputusan usulan investasi atau proyek investasi (layak atau tidak dilaksanakan), konsep yang digunakan adalah konsep aliran kas bukan konsep laba.

Proses pengambilan keputusan investasi modal sering kali desebut sebagai penganggaran modal (capital budgeting).

Jenis dari pengaggaran modal itu sendiri ada dua, yaitu;

a. Proyek Independen (Independent project)
Adalah proyek investasi modal yang tidak berkaitan satu dengan yang lainnya. Jadi apabila ada proyek yang diterima atau ditolak tidak akan berpengaruh terhadap protek yang lainnya.

b. Proyek Saling Eksklusif (Mutualy exclusive project)
Proyek ini mengharuskan perusahaan untuk memilih salah satu alternatif yang saling bersaing untuk menyediakan jasa dasar yang sama. Penerimaan salah satu protek akan menghalangi proyek lainnya.
Keputusan investasi modal sering kali berkaitan dengan masalah investasi dalam aktiva modal jangka panjang.

Pada umumnya investasi modal yang baik akan menghasilkan kembali modal awal sepanjang umurnya dan pada saat yang sama menghasilkan pengembalian yang cukup atas investasi awal. Jadi salah satu tugas manajer adalah memutuskan apakah suatu investasi modal akan menghasilkan kembali sumber daya awalnya atau tidak, dan memberikan pengembalian yang wajar.

Dengan membuat penilaian ini, seorang manajer dapat memutuskan diterima tidaknya proyek-proyek independen dan membandingakan proyek-proyek yang saling bersaing berdasarkan keunggulan ekonomisnya.

Untuk membuat keputusan investasi modal, seorang manajer harus mengestimasi jumlah dan waktu arus kas, menilai resiko investasi, dan mempertimbangkan dampak proyek terhadap laba perusahaan. Para manajer juga harus menetapkan tujuan dan prioritas dari investasi modal serta harus mengidentifikasi beberapa kriteria dasar atas penerimaan dan penolakan investasi yang diusulkan.

Ada beberapa metoda yang digunakan oleh manajer untuk menunjukan mana proyek yang harus diterima dan mana yang harus ditolak, diantaranya adalah metoda non-diskonto dan metoda diskonto.

A. Model Non-Diskonto
Model non diskonto adalah model yang mengabaikan nilai waktu dari uang. :

1. Perioda Pengembalian
Perioda pengembalian (payback periods) adalah waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memperoleh kembali investasi awalnya.
Apabila arus kas dari suatu proyek diasumsikan tetap jumlahnya, maka rumus berikut dapat digunakan:
Perioda pengembalian = Investasi semula / Arus Kas Tahunan

Akan tetapi, jika arus kas tidak tetap jumlahnya maka perioda pengembalian dihitung dengan menambahkan arus kas tahunan sampai waktu ketika investasi awal diperoleh kembali.

Salah satu cara untuk menggunakan perioda pengembalian adalah dengan menetapkan suatu perioda pengembalian maksimum pada seluruh proyek dan menolak setiap proyek yang melewati tingkat ini. Dan perioda pengembalian ini dapat digunakan sebagai ukuran dari resiko, dengan pengertian bahwa semakin lama suatu proyek menghasilkan uang semakin beresiko proyek tersebut.
Perioda pengembalian dapat digunakan untuk memilih alternatif-alternatif yang saling bersaing. Menurut pendekatan ini, investasi dengan perioda pengembalian terpendek lebih disukai dari pada investasi dengan periode pengembalian yang lebih panjang.

Berikut adalah beberapa hal yang dapat diambil oleh para manajer dengan menggunakan metoda non diskonto perioda pengembalian:
a. Membantu mengendalikan resiko yang berhubungan dengan ketidakpastian arus kas masa depan.
b. Membantu meminimalkan dampak investasi terhadap masalah likuiditas perusahaan.
c. Membantu mengendalikan resiko keuangan.
d. Membantu mengandalikan pengaruh investasi terhadap ukuran kinerja.

Namun, penggunaan perioda pengembalian kurang dapat dipertahankan karena ukuran ini memiliki dua kelemahan utama, yaitu;
a. Mengabaikan kinerja investasi yang melewati perioda pengembalian
b. Mengabaikan nilai waktu uang.


 Tingkat Pengembalian Akuntansi
Tingkat pengembalian akuntansi merupakan model non diskonto kedua yang umum digunakan. Tingkat pengembalian akuntansi mengukur pengembalian atas suatu proyek dalam kerangka laba, bukan dari arus kas proyek. 

Rumus perhitungan tingkat pengembalian akuntansi adalah sebagai berikut :
Tingkat pengembalian akuntansi : Laba rata-rata/Investasi awal atau rata-rata
Investasi rata-rata : (Investasi awal + Nilai Sisa)/2

B. Model Diskonto
Model ini secara eksplisit mempertimbangkan nilai waktu dari uang dan memasukan konsep diskonto arus kas masuk dan arus kas keluar.

Nilai Bersih Sekarang (Nev Present Value/NPV)
Adalah selisih antara nilai sekarang dari arus kas masuk dan arus kas keluar yang berhubungan dengan suatu proyek .
NPV = [(ΣCFt/(1+i)t] – I
= [ΣCFtdft] – I
= P – I

Dimana,
I : Nilai Sekarang dari biaya proyek
CFt : Arus kas masuk yang diterima dalam perioda t , dengan t= 1
n : Umur manfaat proyek
i : tingkat pengembalian yang diperlukan (required rate of return), yaitu adalah tingkat pengembalian minimum yang dapat diterima, hal itu juga disebut sebagai tingkat diskonto, tingkat rintangan, atau tingkat batas, dan biaya modal.
t : Perioda waktu
P : Nilai sekarang dari arus kas masuk proyek di masa depan.

Nilai NPV positif menandakan bahwa :
1. Investasi awal telah tertutupi
2. Tingkat pengembalian yang diperlukan telah dipenuhi
3. Pengembalian yang melebihi (1) dan (2) telah diterima. 
Jadi jika NPV lebih besar dari pada nol maka investasi itu menguntungkan dan dapat diterima. Begitu sebaliknya apabila kurang dari nol.

Kriteria dalam pembuatan keputusan tentang NPV meliputi:
■       Jika NPV = 0. Hal ini menunjukkan bahwa: (1) investasi awal telah dapat
dikembalikan, dan (2) tingkat kembalian investasi telah terpenuhi. Jika NPV =
0, berarti titik impas sudah tercapai dan pengambil keputusan dapat menerima
atau menolak proyek tersebut.
■       Jika NPV > 0. Hal ini menunjukkan: (1) investasi awal telah dapat
dikembalikan, (2) tingkat kembalian investasi telah terpenuhi, (3) tingkat
kembalian yang diterima adalah selisih antara no (1) dan no (2). Jika NPV > 0,
maka investasi tersebut menguntungkan dan dapat diterima.
■       Jika NPV < 0. Hal ini berarti hasil investasi lebih kecil dari tingkat
pengembalian yang diperlukan. Sebaiknya investasi ditolak.
Model NPV mengasumsikan bahwa semua aliran kas yang dihasilkan oleh
proyek segera diinvestasikan kembali untuk memperoleh tingkat kembalian yang
diharapkan selama umur proyek.

Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return)

Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat diskonto pada saat NPV proyek
sama dengan nol. Untuk mencapai IRR, maka P = I. Dengan df sebagai faktor
diskonto dan CF sebagai arus kas tahunan, maka dihasilkan persamaan:

I = £CFt/(1 + i)
(1 + i) = UYCFx
df = I/ICFt

Jika IRR sudah dihitung, maka IRR dibandingkan dengan tingkat return yang
diinginkan oleh perusahaan. 
Jika IRR lebih besar dari tingkat return yang diinginkan, maka proyek diterima; jika IRR sama dengan tingkat return yang
diinginkan, maka diterima/ditolaknya proyek sama saja; jika IRR lebih kecil dari
tingkat return yang diinginkan, maka proyek ditolak.
IRR merupakan ukuran yang paling sering digunakan dalam pembuatan
keputusan investasi modal. Manajer menyukai IRR karena konsep IRR mudah
untuk digunakan. Selain itu manajer mungkin percaya bahwa IRR merupakan
tingkat return aktual yang diterima dari investasi awal. Apapun alasannya
pemahaman mendasar terhadap konsep IRR sangat diperlukan.

Contoh Kasus : 
1. Aloha Company ingin membeli mesin otomatis yang menggunakan teknologi
komputerisasi terbaru. Pembelian mesin otomatis tersebut memerlukan biaya
sebesar Rp2.400.000,00. Mesin tersebut dianggap memiliki umur ekonomis
selama 5 tahun tanpa adanya nilai residual. Setiap tahunnya, Aloha mengharapkan
pendapatan kas sebesar Rp3.900.000,00 dan pengeluaran kas sebesar Rp
3.000.000,00. Diminta:
a.      Hitunglah payback period untuk mesin otomatis tersebut!
b.      Hitunglah ARR (accounting rate of return) dengan menggunakan (1) investasi
awal dan (2) investasi rata-rata!
c.      Hitunglah NPV dengan asumsi tingkat return yang diharapkan 10%!
d.      Hitungkah IRR mesin otomatis!
e.       Apakah sebaiknya Aloha Company membeli mesin tersebut?


Jawab:
Arus kas bersih/tahun = arus kas masuk - arus kas keluar
= Rp3.900.000 - Rp3.000.000
= Rp900.000,00 per tahun
a.      Payback period = Rp2.400.000/Rp900.000 per tahun
= 2,67 tahun
= 2 tahun 8 bulan
b.      Penyusutan = Rp2.400.000/5 tahun = Rp480.000,00/tahun
Laba bersih = arus kas/tahun - penyusutan
= Rp900.000 - Rp480.000
= Rp420.000,00
(1)  ARR (investasi awal) = Rp420.000/Rp2.400.000 = 17,5%
(2)  ARR (investasi rata-rata) = Rp420.000/(Rp2.400.000/2) = 35%
c. NPV
(1) Menggunakan tingkat diskonto yang tersedia di tabel (faktor diskonto
10%) atau menghitung dengan kalkulator sesuai dengan rumus: CFt/(1 + i)
Tahun
    
Arus Kas
    
Faktor Diskonto
    
Nilai Sekarang
0
    
(Rp2.400.000)
    
1,00
    
(Rp2.400.000)
1
Rp900.000
    
0,909
    
Rp818.100
2
    
Rp900.000
    
0,826
    
Rp743.400
3
    
Rp900.000
    
0,751
    
Rp675.900
4
    
Rp900.000
    
0,683
    
Rp614.700
5
    
Rp900.000
    
0,621
    
Rp558.900
Total arus kas masuk
    
Rp3.411.000
NPV
    
Rp1.011.000

(2) Menggunakan faktor diskonto tunggal (koefisien anuitas)
Tahun
    
Arus Kas
    
Faktor Diskonto
    
Nilai Sekarang
0
    
(Rp2.400.000)
    
1,00
    
(Rp2.400.000)
1-5
    
Rp900.000
    
3,791
    
Rp3.411.900
NPV
    
Rp1.011.900[1]


Diketahui bahwa faktor diskonto adalah 2,67. Selanjutnya karena investasi ini
mempunyai periode 5 tahun maka kita mencarinya di tabel diskonto pada baris
kelima. Kita temukan bahwa nilai 2,67 berada di antara nilai 2,745 (diskonto
24%) dan 2,635 (diskonto 26%). Dengan demikian faktor diskonto dari
investasi ini adalah antara 24% - 26% dengan kecenderungan mendekati 26%.
e. Dengan memperhatikan perhitungan terhadap return investasi dengan berbagai
metode, antara lain: periode pengembalian 2 tahun 8 bulan, ARR investasi
awal 17,5 dan ARR investasi rata-rata 35%, NPV positif sebesar Rp1.011.000,
IRR mendekati 26% (lebih besar dari return yang diharapkan, yaitu 10%),
maka sebaiknya Aloha Company membeli mesin otomatis tersebut.

2. PT DUTA merencanakan sebuah proyek investasi yang diperkirakan akan menghabiskan dana sebesar Rp.750.000.000,- Dana tersebut Rp.100.000.000,- merupakan modal kerja, dan sisanya modal tetap dengan nilai residu diperkirakan sebesar Rp.150.000.000,-dan mempunyai umur ekonomis 5 tahun. Proyeksi penjualan selama usia ekonomis diperkirakan sebagai berikut:
Tahun 1 Rp.400.000.000,-
Tahun 2 Rp.450.000.000,-
Tahun 3 Rp.500.000.000,-
Tahun 4 Rp.550.000.000,-
Tahun 5 Rp.600.000.000,-
Struktur biaya pada proyek ini adalah biaya variabel 40%, dan biaya tetap tunai selain penyusutan sebesar Rp.20.000.000,-pertahun. Pajak yang diperhitungkan 30% dan return yang diharapkan 18 %.
Dari data tersebut apakah proyek investasi tersebut layak dijalankan!(Gunakan 5 metode penilaian)

JAWAB:
Perhitungan laba setelah pajak dan cashflow(000)

Analisa Kelayakan:
Accounting Rate of Return

                     84.000 + 105.000 + 126.000 + 147.000 +168.000/5                          
  ARR    =                                                                             X 100%
                                                       750.000+150.000
                                               2

 = 28 %
        Karena tingkat keuntungan yang diharapkan sebesar 18% ,maka menurut metode ini investasi layak untuk dijalankan.

Payback Period

Investasi 750.000
Cashflow th1 184.000
566.000
Cashflow th2 205.000
361.000
Cashflow th3 226.000
135.000
Cashflow th 4 247.000

                                                                   135.000
      Payback Periode    =    3 tahun +                               x   1Th
                                                                           247.000
   =  3,55 tahun
    Jika target kembalinya investasi 4 tahun, maka investasi ini layak ,karena PBP lebih kecil disbanding dengan target kembalinya investasi.

Dengan menggunakan tingkat keuntungan yang diharapkan sebesar 18%, ternyata diperoleh NPV sebesar Rp.44.490.000,- Artinya dengan NPV positif  maka proyek investasi ini layak untuk dilaksanakan.

Dengan demikian :
rr          =  18 %                                     NPVrr  = 44.490.000
rt           =  24%
TPVrr   =  794.490.000,-
TPVrt   =  681.097.000,-

                                          NPVrr               
      IRR    =   rr +                                   x   (rt rr)
                                  TPVrr - TPVrt     


                                        44.490.000             
      IRR  = 18%  +                                                  x   (24% -18%)
                            794.490.000  681.097.000  
    IRR  = 20,35%
 Karena IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat keuntungan yang disyaratkan maka proyek tersebut layak untuk dijalankan.


Profitability Index

                                                   PV of Cashflow  
      Profitability Index      =                                   
                                                              Investasi
                 794.490.000
PI  =  
                         750.000.000

   = 1,06 
Karena PI lebih besar dari 1 maka proyek dikatakan layak.

(Dari Berbagai Sumber)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rahmalia putri Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang