Minggu, 19 Juni 2016

TEORI STRUKTUR MODAL

TULISAN

Nama  : Rahmalia Putri
NPM   : 47213170
Kelas  : 3DA01
Analisis Laporan Keuangan #

TEORI STRUKTUR MODAL


A. Pengertian Modal dan Struktur Modal

Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya (Munawir,2001).
Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif (Debet) dan modal Pasif (Kredit).
Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan.
Struktur Modal Sasaran
Struktur modal sasaran adalah kombinasi antara utang saham preferen, dan saham ekuitas yang digunakan perusahaan untuk merencanakan mendapatkan modal. 
Kebijakan struktur modal melibatkan adanya suatu pertukaran antara risiko dan pengembalian. Risiko yang lebih tinggi cenderung akan menurunkan harga saham, tetapi ekspektasi tingkat pengembalian yang lebih tinggi akan menaikkannya. Karena itu, struktur modal yang optimal harus mencapai suatu keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga dapat memaksimalkan harga saham perusahaan.

Empat faktor utama yang memengaruhi keputusan struktur modal adalah :
1. Risiko bisnis,
2. Posisi perpajakan, 
3. Fleksibilitas keuangan, 
4. Konservatisme atau keagresifan manajemen.

Risiko Keuangan

Risiko Keuangan (financial risk) adalah tambahan risiko yang dibebankan kepada para pemegang saham biasa sebagai hasil dari keputusan untuk mendapatkan pendanaan melalui utang. Secara konseptual,pemegang saham akan menghadapi sejumlah risiko yang inheren pada operasi perusahaan,yaitu risiko bisnis yang didefinisikan sebagai ketidakpastian yang inheren pada proyeksi laba operasi masa depan. Jika sebuah perusahaan menggunakan utang (leverage keuangan), maka hal ini akan mengonsentrasikan risiko bisnis pada pemegang sahanm biasa.

Pada umumnya,pendanaan melalui utang akan meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu investasi,tetapi utang juga meningkatkan tingkat risiko dari investasi tersebut bagi pemegang sahamnya.

Meningkatkan Struktur Modal yang Optimal

Struktur modal yang optimal adalah struktur yang memaksimalkan harga dari perusahaan,dan hal ini biasanya meminta rasio utang yang lebih rendah daripada rasio yang memaksimalkan EPS yang diharapkan.

WACC dan Perubahan Struktur Modal

Memperkirakan bagaimana suatu perubahaan dalam struktur modal akan mempengaruhi harga saham adalah suatu hal yang sulit. Namun ternyata diketahui struktur modal yang dapat memaksimalkan harga saham adalah struktur modal yang dapat meminimalkan WACC. Karena biasanya lebih mudah meramalkan bagaimana perubahan struktur modal akan mempengaruhi WACC daripada harga saham,kebanyakan manajer menggunakan perubahan WACC yang diramalkan untuk membantu mereka mengambil keputusan struktur modal.

B Teori Struktur Modal 

1)Teori Pendekatan Tradisional
Pendekatan Tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya Struktur Modal mempunyai pengaruh terhadap Nilai Perusahaan, dimana Struktur Modal dapat berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal. 

2)Teori Pendekatan Modigliani dan Miller

Teori MM tanpa pajak

Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka (Brigham dan Houston, 2001, p.31) yaitu:
a. Tidak terdapat agency cost.
b. Tidak ada pajak.
c. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan
d. Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan
e. Tidak ada biaya kebangkrutan
f. Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang.
g. Para investor adalah price-takers.
h. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market value).


Teori MM dengan pajak.
Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak.

3) Teori Trade-Off dalam Struktur Modal

Menurut trade-off teory yang diungkapkan oleh Myers (2001), “Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)” (p.81). Biaya kesulitan keuangan (Financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang.

4)Teori Pecking Order

Menurut Myers (1984), pecking order theory menyatakan bahwa ”Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah.” Dalam pecking order theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana.

Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang dalam menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti skenario urutan (hierarki) yang disebutkan dalam pecking order theory. Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Hamid (1992) dan Singh (1995) menyatakan bahwa “Perusahaan-perusahaan di negara berkembang lebih memilih untuk menerbitkan ekuitas daripada berhutang dalam membiayai perusahaannya.” Hal ini berlawanan dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan hutang terlebih dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan pendanaan eksternal.
5) Teori Asimetri Informasi dan Signaling
Teori ini mengatakan bahwa dalam pihak pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan resiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih dari pihak lainnya.
Teori ini terdiri dari Teori :
•Myers dan Majluf
Menurut Teori ini ada asimetri informasi antara manger dengan pihak luar. Manager mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingan pihak luar. 
•Signaling
Mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan hutang) merupakan signal yang disampaikan oleh manager ke pasar. Jika manager mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar saham tersebut meningkat, ia ingin megkomunikasikan hal tersebut kepada investor. Manager bisa menggunakan hutang lebih banyak sebagai signal yang lebih credible. Karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Investor diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik. 

6) Teori Keagenan (Agency Approach)
Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang saham dengan manager adalah konsep free-cash flow. Ada kecenderungan manager ingin menahan sumber daya sehingga mempunyai control atas sumber daya tersebut. Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi konflik leagenan free cash flow. Jika perusahaan menggunakan hutang, maka manager akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan untuk membayar bunga.

(Dari Berbagai Sumber)

JENIS-JENIS KEPUTUSAN INVESTASI MODAL

TUGAS

Nama  : Rahmalia Putri
NPM   : 47213170
Kelas  : 3DA01
Analisis Laporan Keuangan #

JENIS-JENIS KEPUTUSAN INVESTASI MODAL

Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup perusahaan, karena keputusan investasi menyangkut dana yang digunakan untuk investasi, jenis investasi yang akan dilakukan, pengembalian investasi dan resiko investasi yang mungkin timbul.

keputusan investasi modal (capital investmen decisions) berkaitan dengan proses perencanaan, penetapan tujuan, dan prioritas, pengaturan pendanaan, dan penggunaan kriteria tertentu untuk memilih aktiva jangka panjang.

Karena keputusan investasi modal menempatkan sebagian sumber daya perusahaan pada resiko, sehingga keputusan investasi modal adalah keputusan yang amat penting yang diambil oleh para manajer.

Untuk menganalisa keputusan usulan investasi atau proyek investasi (layak atau tidak dilaksanakan), konsep yang digunakan adalah konsep aliran kas bukan konsep laba.

Proses pengambilan keputusan investasi modal sering kali desebut sebagai penganggaran modal (capital budgeting).

Jenis dari pengaggaran modal itu sendiri ada dua, yaitu;

a. Proyek Independen (Independent project)
Adalah proyek investasi modal yang tidak berkaitan satu dengan yang lainnya. Jadi apabila ada proyek yang diterima atau ditolak tidak akan berpengaruh terhadap protek yang lainnya.

b. Proyek Saling Eksklusif (Mutualy exclusive project)
Proyek ini mengharuskan perusahaan untuk memilih salah satu alternatif yang saling bersaing untuk menyediakan jasa dasar yang sama. Penerimaan salah satu protek akan menghalangi proyek lainnya.
Keputusan investasi modal sering kali berkaitan dengan masalah investasi dalam aktiva modal jangka panjang.

Pada umumnya investasi modal yang baik akan menghasilkan kembali modal awal sepanjang umurnya dan pada saat yang sama menghasilkan pengembalian yang cukup atas investasi awal. Jadi salah satu tugas manajer adalah memutuskan apakah suatu investasi modal akan menghasilkan kembali sumber daya awalnya atau tidak, dan memberikan pengembalian yang wajar.

Dengan membuat penilaian ini, seorang manajer dapat memutuskan diterima tidaknya proyek-proyek independen dan membandingakan proyek-proyek yang saling bersaing berdasarkan keunggulan ekonomisnya.

Untuk membuat keputusan investasi modal, seorang manajer harus mengestimasi jumlah dan waktu arus kas, menilai resiko investasi, dan mempertimbangkan dampak proyek terhadap laba perusahaan. Para manajer juga harus menetapkan tujuan dan prioritas dari investasi modal serta harus mengidentifikasi beberapa kriteria dasar atas penerimaan dan penolakan investasi yang diusulkan.

Ada beberapa metoda yang digunakan oleh manajer untuk menunjukan mana proyek yang harus diterima dan mana yang harus ditolak, diantaranya adalah metoda non-diskonto dan metoda diskonto.

A. Model Non-Diskonto
Model non diskonto adalah model yang mengabaikan nilai waktu dari uang. :

1. Perioda Pengembalian
Perioda pengembalian (payback periods) adalah waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memperoleh kembali investasi awalnya.
Apabila arus kas dari suatu proyek diasumsikan tetap jumlahnya, maka rumus berikut dapat digunakan:
Perioda pengembalian = Investasi semula / Arus Kas Tahunan

Akan tetapi, jika arus kas tidak tetap jumlahnya maka perioda pengembalian dihitung dengan menambahkan arus kas tahunan sampai waktu ketika investasi awal diperoleh kembali.

Salah satu cara untuk menggunakan perioda pengembalian adalah dengan menetapkan suatu perioda pengembalian maksimum pada seluruh proyek dan menolak setiap proyek yang melewati tingkat ini. Dan perioda pengembalian ini dapat digunakan sebagai ukuran dari resiko, dengan pengertian bahwa semakin lama suatu proyek menghasilkan uang semakin beresiko proyek tersebut.
Perioda pengembalian dapat digunakan untuk memilih alternatif-alternatif yang saling bersaing. Menurut pendekatan ini, investasi dengan perioda pengembalian terpendek lebih disukai dari pada investasi dengan periode pengembalian yang lebih panjang.

Berikut adalah beberapa hal yang dapat diambil oleh para manajer dengan menggunakan metoda non diskonto perioda pengembalian:
a. Membantu mengendalikan resiko yang berhubungan dengan ketidakpastian arus kas masa depan.
b. Membantu meminimalkan dampak investasi terhadap masalah likuiditas perusahaan.
c. Membantu mengendalikan resiko keuangan.
d. Membantu mengandalikan pengaruh investasi terhadap ukuran kinerja.

Namun, penggunaan perioda pengembalian kurang dapat dipertahankan karena ukuran ini memiliki dua kelemahan utama, yaitu;
a. Mengabaikan kinerja investasi yang melewati perioda pengembalian
b. Mengabaikan nilai waktu uang.


 Tingkat Pengembalian Akuntansi
Tingkat pengembalian akuntansi merupakan model non diskonto kedua yang umum digunakan. Tingkat pengembalian akuntansi mengukur pengembalian atas suatu proyek dalam kerangka laba, bukan dari arus kas proyek. 

Rumus perhitungan tingkat pengembalian akuntansi adalah sebagai berikut :
Tingkat pengembalian akuntansi : Laba rata-rata/Investasi awal atau rata-rata
Investasi rata-rata : (Investasi awal + Nilai Sisa)/2

B. Model Diskonto
Model ini secara eksplisit mempertimbangkan nilai waktu dari uang dan memasukan konsep diskonto arus kas masuk dan arus kas keluar.

Nilai Bersih Sekarang (Nev Present Value/NPV)
Adalah selisih antara nilai sekarang dari arus kas masuk dan arus kas keluar yang berhubungan dengan suatu proyek .
NPV = [(ΣCFt/(1+i)t] – I
= [ΣCFtdft] – I
= P – I

Dimana,
I : Nilai Sekarang dari biaya proyek
CFt : Arus kas masuk yang diterima dalam perioda t , dengan t= 1
n : Umur manfaat proyek
i : tingkat pengembalian yang diperlukan (required rate of return), yaitu adalah tingkat pengembalian minimum yang dapat diterima, hal itu juga disebut sebagai tingkat diskonto, tingkat rintangan, atau tingkat batas, dan biaya modal.
t : Perioda waktu
P : Nilai sekarang dari arus kas masuk proyek di masa depan.

Nilai NPV positif menandakan bahwa :
1. Investasi awal telah tertutupi
2. Tingkat pengembalian yang diperlukan telah dipenuhi
3. Pengembalian yang melebihi (1) dan (2) telah diterima. 
Jadi jika NPV lebih besar dari pada nol maka investasi itu menguntungkan dan dapat diterima. Begitu sebaliknya apabila kurang dari nol.

Kriteria dalam pembuatan keputusan tentang NPV meliputi:
■       Jika NPV = 0. Hal ini menunjukkan bahwa: (1) investasi awal telah dapat
dikembalikan, dan (2) tingkat kembalian investasi telah terpenuhi. Jika NPV =
0, berarti titik impas sudah tercapai dan pengambil keputusan dapat menerima
atau menolak proyek tersebut.
■       Jika NPV > 0. Hal ini menunjukkan: (1) investasi awal telah dapat
dikembalikan, (2) tingkat kembalian investasi telah terpenuhi, (3) tingkat
kembalian yang diterima adalah selisih antara no (1) dan no (2). Jika NPV > 0,
maka investasi tersebut menguntungkan dan dapat diterima.
■       Jika NPV < 0. Hal ini berarti hasil investasi lebih kecil dari tingkat
pengembalian yang diperlukan. Sebaiknya investasi ditolak.
Model NPV mengasumsikan bahwa semua aliran kas yang dihasilkan oleh
proyek segera diinvestasikan kembali untuk memperoleh tingkat kembalian yang
diharapkan selama umur proyek.

Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return)

Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat diskonto pada saat NPV proyek
sama dengan nol. Untuk mencapai IRR, maka P = I. Dengan df sebagai faktor
diskonto dan CF sebagai arus kas tahunan, maka dihasilkan persamaan:

I = £CFt/(1 + i)
(1 + i) = UYCFx
df = I/ICFt

Jika IRR sudah dihitung, maka IRR dibandingkan dengan tingkat return yang
diinginkan oleh perusahaan. 
Jika IRR lebih besar dari tingkat return yang diinginkan, maka proyek diterima; jika IRR sama dengan tingkat return yang
diinginkan, maka diterima/ditolaknya proyek sama saja; jika IRR lebih kecil dari
tingkat return yang diinginkan, maka proyek ditolak.
IRR merupakan ukuran yang paling sering digunakan dalam pembuatan
keputusan investasi modal. Manajer menyukai IRR karena konsep IRR mudah
untuk digunakan. Selain itu manajer mungkin percaya bahwa IRR merupakan
tingkat return aktual yang diterima dari investasi awal. Apapun alasannya
pemahaman mendasar terhadap konsep IRR sangat diperlukan.

Contoh Kasus : 
1. Aloha Company ingin membeli mesin otomatis yang menggunakan teknologi
komputerisasi terbaru. Pembelian mesin otomatis tersebut memerlukan biaya
sebesar Rp2.400.000,00. Mesin tersebut dianggap memiliki umur ekonomis
selama 5 tahun tanpa adanya nilai residual. Setiap tahunnya, Aloha mengharapkan
pendapatan kas sebesar Rp3.900.000,00 dan pengeluaran kas sebesar Rp
3.000.000,00. Diminta:
a.      Hitunglah payback period untuk mesin otomatis tersebut!
b.      Hitunglah ARR (accounting rate of return) dengan menggunakan (1) investasi
awal dan (2) investasi rata-rata!
c.      Hitunglah NPV dengan asumsi tingkat return yang diharapkan 10%!
d.      Hitungkah IRR mesin otomatis!
e.       Apakah sebaiknya Aloha Company membeli mesin tersebut?


Jawab:
Arus kas bersih/tahun = arus kas masuk - arus kas keluar
= Rp3.900.000 - Rp3.000.000
= Rp900.000,00 per tahun
a.      Payback period = Rp2.400.000/Rp900.000 per tahun
= 2,67 tahun
= 2 tahun 8 bulan
b.      Penyusutan = Rp2.400.000/5 tahun = Rp480.000,00/tahun
Laba bersih = arus kas/tahun - penyusutan
= Rp900.000 - Rp480.000
= Rp420.000,00
(1)  ARR (investasi awal) = Rp420.000/Rp2.400.000 = 17,5%
(2)  ARR (investasi rata-rata) = Rp420.000/(Rp2.400.000/2) = 35%
c. NPV
(1) Menggunakan tingkat diskonto yang tersedia di tabel (faktor diskonto
10%) atau menghitung dengan kalkulator sesuai dengan rumus: CFt/(1 + i)
Tahun
    
Arus Kas
    
Faktor Diskonto
    
Nilai Sekarang
0
    
(Rp2.400.000)
    
1,00
    
(Rp2.400.000)
1
Rp900.000
    
0,909
    
Rp818.100
2
    
Rp900.000
    
0,826
    
Rp743.400
3
    
Rp900.000
    
0,751
    
Rp675.900
4
    
Rp900.000
    
0,683
    
Rp614.700
5
    
Rp900.000
    
0,621
    
Rp558.900
Total arus kas masuk
    
Rp3.411.000
NPV
    
Rp1.011.000

(2) Menggunakan faktor diskonto tunggal (koefisien anuitas)
Tahun
    
Arus Kas
    
Faktor Diskonto
    
Nilai Sekarang
0
    
(Rp2.400.000)
    
1,00
    
(Rp2.400.000)
1-5
    
Rp900.000
    
3,791
    
Rp3.411.900
NPV
    
Rp1.011.900[1]


Diketahui bahwa faktor diskonto adalah 2,67. Selanjutnya karena investasi ini
mempunyai periode 5 tahun maka kita mencarinya di tabel diskonto pada baris
kelima. Kita temukan bahwa nilai 2,67 berada di antara nilai 2,745 (diskonto
24%) dan 2,635 (diskonto 26%). Dengan demikian faktor diskonto dari
investasi ini adalah antara 24% - 26% dengan kecenderungan mendekati 26%.
e. Dengan memperhatikan perhitungan terhadap return investasi dengan berbagai
metode, antara lain: periode pengembalian 2 tahun 8 bulan, ARR investasi
awal 17,5 dan ARR investasi rata-rata 35%, NPV positif sebesar Rp1.011.000,
IRR mendekati 26% (lebih besar dari return yang diharapkan, yaitu 10%),
maka sebaiknya Aloha Company membeli mesin otomatis tersebut.

2. PT DUTA merencanakan sebuah proyek investasi yang diperkirakan akan menghabiskan dana sebesar Rp.750.000.000,- Dana tersebut Rp.100.000.000,- merupakan modal kerja, dan sisanya modal tetap dengan nilai residu diperkirakan sebesar Rp.150.000.000,-dan mempunyai umur ekonomis 5 tahun. Proyeksi penjualan selama usia ekonomis diperkirakan sebagai berikut:
Tahun 1 Rp.400.000.000,-
Tahun 2 Rp.450.000.000,-
Tahun 3 Rp.500.000.000,-
Tahun 4 Rp.550.000.000,-
Tahun 5 Rp.600.000.000,-
Struktur biaya pada proyek ini adalah biaya variabel 40%, dan biaya tetap tunai selain penyusutan sebesar Rp.20.000.000,-pertahun. Pajak yang diperhitungkan 30% dan return yang diharapkan 18 %.
Dari data tersebut apakah proyek investasi tersebut layak dijalankan!(Gunakan 5 metode penilaian)

JAWAB:
Perhitungan laba setelah pajak dan cashflow(000)

Analisa Kelayakan:
Accounting Rate of Return

                     84.000 + 105.000 + 126.000 + 147.000 +168.000/5                          
  ARR    =                                                                             X 100%
                                                       750.000+150.000
                                               2

 = 28 %
        Karena tingkat keuntungan yang diharapkan sebesar 18% ,maka menurut metode ini investasi layak untuk dijalankan.

Payback Period

Investasi 750.000
Cashflow th1 184.000
566.000
Cashflow th2 205.000
361.000
Cashflow th3 226.000
135.000
Cashflow th 4 247.000

                                                                   135.000
      Payback Periode    =    3 tahun +                               x   1Th
                                                                           247.000
   =  3,55 tahun
    Jika target kembalinya investasi 4 tahun, maka investasi ini layak ,karena PBP lebih kecil disbanding dengan target kembalinya investasi.

Dengan menggunakan tingkat keuntungan yang diharapkan sebesar 18%, ternyata diperoleh NPV sebesar Rp.44.490.000,- Artinya dengan NPV positif  maka proyek investasi ini layak untuk dilaksanakan.

Dengan demikian :
rr          =  18 %                                     NPVrr  = 44.490.000
rt           =  24%
TPVrr   =  794.490.000,-
TPVrt   =  681.097.000,-

                                          NPVrr               
      IRR    =   rr +                                   x   (rt rr)
                                  TPVrr - TPVrt     


                                        44.490.000             
      IRR  = 18%  +                                                  x   (24% -18%)
                            794.490.000  681.097.000  
    IRR  = 20,35%
 Karena IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat keuntungan yang disyaratkan maka proyek tersebut layak untuk dijalankan.


Profitability Index

                                                   PV of Cashflow  
      Profitability Index      =                                   
                                                              Investasi
                 794.490.000
PI  =  
                         750.000.000

   = 1,06 
Karena PI lebih besar dari 1 maka proyek dikatakan layak.

(Dari Berbagai Sumber)

Sabtu, 30 April 2016

ANALISIS PERUBAHAN PENDAPATAN DAN ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA

TULISAN
Nama  : Rahmalia Putri
NPM   : 47213170
Kelas  : 3DA01
Analisis Laporan Keuangan #

ANALISIS PERUBAHAN PENDAPATAN
Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Bagi investor, pendapatan kurang penting dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah dikurangi pengeluaran. Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut. Pertumbuhan pendapatan yang konsisten, dan juga pertumbuhan keuntungan, dianggap penting bagi perusahaan yang dijual ke publik melalui saham untuk menarik investor.

Sumber pendapatan :
1. Transaksi modal atau pendanaan yang mengakibatkan adanya tambahan dana yang ditanamkan oleh
     pemegang obligasi dan pemegang saham.

2. Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa produk perusahaan seperti aktiva tetap, surat berpendapatan
    penjualan anak/cabang perusahaan.

3. hadiah , sumbangan atau penemuan

4. revaluasi aktiva

5. penyerahan produk perusahaan, yaitu aliran hasil penjualan produk

Proses terbentuk dan terealisasinya pendapatan :
1. EARNING PROCESS (proses pembentukan pendapatan) = konsep terjadinya pendapatan .Pendapatan dianggap terbentuk bersamaan dengan seluruh proses berlangsungnya operasi perusahaan (produksi, penjualan dan pengumpulan piutang).
2. REALIZATION PROCESS (proses realisasi pendapatan) .Pendapatan dianggap terbentuk setelah produk selesai dikerjakan dan terjual langsung / atas dasar kontrak penjualan.

Ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi Laba Bersih atau Pendapatan :
• Volume produk yang dijual
• Harga jual produk
• Biaya produksi

Kriteria pengakuan pendapatan menurut FASB:
Pendapatan baru dapat diakui apabila :
1. Jumlah rupiah pendapatan telah terealisasi/cukup pasti segera terealisasi
   Terealisasi : telah terjadi transasksi pertukaran produk/jasa hasil kegiatan perusahaan dengan kas /klaim
                     untuk menerima kas.
2. Sudah terhimpun/terbentuk (earned)

Masalah Pengukuran dan pengakuan pendapatan

a. Masalah pengukuran pendapatan

Penentuan satuan ukur untuk pendapatan secara umum dinyatakan dengan jumlah uang atau unit moneter. Penentuan ini menimbulkan masalah, oleh sebab itu adanya penurunan atau kenaikan daya beli umum sepanjang waktu. Keterbatasan pengukuran pendapatan dapat timbul karena data akuntansi disajikan berdasarkan asumsi bahwa data itu relevan. Meramalkan pada masa yang akan datang pada umumnya tidak pasti, maka sulit menetapkan pengukuran yang relevan untuk tujuan ini. Namun, ketidakmampuan untuk membuat pengukuran pendapatan yang terandal dan atribut khusus yang dianggap relevan dapat juga disebab oleh kurangnya teknik pengukuran yang terandal dan ketidakmampuan untuk menemukan prosedur pengukuran pendapatan yang menjelaskan secara layak atribut yang sedang diukur.

b. Masalah pengakuan pendapatan

        Pada penjelasan sebelumnya konsep pendapatan hingga saat ini sulit dirumuskan oleh para ahli ekonomi maupun akuntansi, hal ini disebabkan pendapatan menyangkut prosedur tertentu, perubahan nilai tertentu dan waktu pendapatan harus dilaporkan.
        Didalam definisi pendapatan sebagai produk perusahaan dalam mengukur dan melaporkan pendapatan masih menghadapi masalah. Suatu alternatif pengakuan pendapatan pada waktu penyelesaian kegiatan utama ekonomi adalah konsep pelaporan pendapatan berdasarkan kejadian kritis atau yang paling menentukan, dengan kata lain sebagian pendapatan

Pentingnya analisis perubahan penghasilan dan biaya

        Pendapatan sebagai salah satu elemen penentuan laba rugi suatu perusahaan belum mempunyai pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan pendapatan biasanya dibahas dalam hubungannya dengan pengukuran dan waktu pengakuan pendapatan itu sendiri. Secara garis besar konsep pendapatan dapat ditinjau dua segi, yaitu :

o Menurut ilmu ekonomi. Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat
  dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir
  periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran
  terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal
  periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi.

o Menurut ilmu akuntansi. Ada beberapa karakteristik tertentu dari pendapatan yang menentukan atau
   membatasi bahwa sejumlah rupiah yang masuk ke perusahaan merupakan pendapatan yang berasal dari
   operasi perusahaan. Karakteristik ini dapat dilihat berdasarkan sumber pendapatan, produk dan kegiatan
   utama perusahaan dan jumlah rupiah pendapatan serta proses penandingan :
• Sumber pendapatan
• Produk dan kegiatan utama perusahaan.

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA

Analisis sumber dan penggunaan modal kerja adalah analisis laporan keuangan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang perubahan modal kerja perusahaan serta sebab-sebab perubahan tersebut yang dikenal dengan sumber modal kerja  dan penggunaan modal kerja pada suatu periode.

Informasi ini sangat penting untuk menilai kemampuan perusahaan da-lam mengelola dana (modal kerja) untuk membiayai operasi perusahaan.

Modal Kerja yang dimaksud adalah Modal Kerja Bersih, yaitu: selisih lebih aktiva lancar di atas utang lancar. Oleh karena itu, yang menjadi sumber dan penggunaan modal kerja adalah akun-akun di luar aktiva lancar dan utang lancar.

Sumber Modal Kerja:

– Hasil operasi perusahaan,

– Keuntungan penjualan surat-surat berharga (invest jk pendek),

– Penjualan aktiva tidak lancar,

– Penjualan saham atau obligasi,

– Penerimaan pinjaman jangka panjang

Penggunaan Modal Kerja:

– Pembayaran biaya operasi perusahaan,

– Kerugian penjualan surat-surat berharga (invest jk pendek),

– Pembelian aktiva tidak lancar,

– Pembelian kembali saham atau obligasi,

– Pembayaran pinjaman jangka panjang

– Pembentukan dana untuk tujuan tertentu
rosedur Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
–  Menentukan besarnya perubahan modal kerja

–  Mengidentifikasi dan menentukan besarnya sumber modal kerja

–  Mengidentifikasi dan menentukan besarnya penggunaan modal kerja

–  Membuat laporan tentang sumber dan penggunaan modal kerja.

Catatan:
Apabila Sumber > Penggunaan, berarti mempunyai efek positif terhadap modal kerja yaitu menambah modal kerja.

Apabila Sumber < Penggunaan, berarti mempunyai efek negatif terhadap modal kerja yaitumemperkecil modal kerja.

Apabila Sumber = Penggunaan, maka tidak ada efek terhadap modal kerja, yaitu modal kerja tidak berubah.
Contoh Laporan Perubahan Modal Kerja





Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa terjadi kenaikan modal dari tahun 2001 ke 2002 yaitu sebesar Rp 12.000.000 dengan rincian modal kerja pada tahun 2001 dan 2002 masing-masing Rp 62.600.000 dan Rp 74.600.000

https://sherlyyunitabahrun.wordpress.com/2015/05/14/analisis-sumber-dan-penggunaan-modal-kerja/

http://wizii.blogspot.co.id/2012/03/analisa-break-event-point-bep-analisa.html?m=1

ANALISIS TITIK IMPAS (BEP) DAN ANALISIS SUMBER PENGGUNAAN KAS BESERTA CONTOH KASUS

TUGAS
Nama  : Rahmalia Putri
NPM   : 47213170
Kelas  : 3DA01
Analisis Laporan Keuangan #

Analisis Titik Impas (Break even Point)
Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya). Sebelum memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya produksi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan. dengan adanya analisis titik impas tersebut akan sangat membantu manajer dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi, sehingga manajer dapat mengambil keputusan untuk meminimalkan kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan melakukan prediksi keuntungan yang diharapkan melalui penentuan
·         harga jual persatuan,
·         produksi minimal,
·         pendesainan produk, dan lainnya

Analisis BEP memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1. mendesain spesifikasi produk
2. menentukan harga jual persatuan
3. menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian
4. memaksimalkan jumlah produksi
5. merencanakan laba yang diinginkan

Disamping memiliki tujuan dan mampu memberikan manfaat yang cukup banyak bagi pemimpin perusahaan, analisis BEP juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu :
1. perlu asumsi, terutama mengenai hubungan antara biaya dengan pendapatan
2. bersifat statis, artinya analisis ini hanya digunakan pada titik tertentu, bukan pada suatu periode tertentu.
3. tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir, analisis BEP hanya baik digunakan jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan

Rumus Analisis Break Even :
BEP = Total Fixed Cost / (Harga perunit - Variabel Cost Perunit)
Keterangan :
- Fixed cost : biaya tetap yang nilainya cenderung stabil tanpa dipengaruhi unit yang diproduksi.
- Variable cost : biaya variabel yang besar nilainya tergantung pada benyak sedikit jumlah barang yng diproduksi.
BEP       : 1. Berdasarkan jumlah barang yang diproduksi (unit)
                2. Berdasarkan harga penjualannya (Rp)

1.      BEP (Q) atau BEP berdasarkan jumlah barang yang diproduksi (unit)
=  FC
   P - V

Keterangan :
FC                :Fixed Cost/biaya tetap
P                  :Harga
VC                :Variable Cost/biaya variable

Suatu perusahaan mengeluarkan biaya tetap sebesar  300.000. Biaya variabel per unit 40. Harga jual per unit 100. Kapasitas produksi maksimal 10.000. Hitunglah BEP (Q)!

BEP (Q)     =    FC
                      P – V
                = 300.000
                    100 - 40
                = 5.000 unit

2.      BEP (P) atau berdasarkan harga penjualannya (Rp)
=        FC  
     1 – TVC
               S

Keterangan :
Sales (S) atau volume penjualan = P x Q
Total Variable Cost (TVC) = VC x Q
Dari soal yang sama diatas:
Sales (S) atau volume penjualan = P x Q  = 100 x 10.000 = 1.000.000
Total Variable Cost (TVC)        = VC x Q = 40 x 10.000 = 400.000

BEP (Rp)       =        FC    
                           1 – TVC
                               S
                 =    300.000
                     1 – 400.000
                         1.000.000
                = 500.000

BEP (Q)    = BEP (Rp)
                          P
                   = 500.000
                          100
                   = 5.000

Contribution margin ratio                  = 1–  400.000  = 0,6    
 Atau contribution to fixed cost                  1.000.000

Setiap perubahan penjualan akan menyebabkan setiap perubahan terhadap fixed cost sebesar 0,6
atau 60%

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS

Laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat di gunakan sebagai dasar dalam menaksir kebutuhan kas di masa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada, atau dapat di gunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas atau cash flow di masa yang akan datang. Sedangkan bagi para kreditor atau bank dengan laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat menilai kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atau mengembalikan pinjamannya.
Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal yang paling tinggi likuiditasnya, berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya.
Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari:

a. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud (intangible assets), atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas.

b. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.

c. Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel) maupun utang jangka panjang (utang obligasi, utang hipotik, atau utang jangka panjang lain) serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan kas.

d. Adanya penurunan atau berkurannya aktiva lancar selain kas yang diimbangi denagn penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga (efek) karena ada penjualan dan sebagainya.

e. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari investasinya, sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.

f.  Keuntunga dari operasi perusahaan, Apabila perusahaan memperoleh keuntungan neto dari operasinya berarti ada tambahan dana dari perusahaan yang bersangkutan

perhitungan :
Impas :

Pehitungan dengan Pendekatan Teknis Persamaan
Yakni : y = cx – bx – a , dengan ketentuan : y = laba ; c = harga jual/sa tuan ; b = biaya variabel per satuan ; x = jumlah produk yang dijual dan a = biaya tetap.

Dalam keadaan impas , laba = 0 . Sehingga dapat dibuat suatu persamaan yakni sebagai berikut:

0 = cx – bx – a  cx = bx + a , sehingga : cx – bx = a
dan a = (c – b)x . Jadi dapat ditentukan x = a/(c-b)

Sedangkan impas dalam rupiah dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : a / (1 – b/c)  1 – b/c adalah Contribution Margin Ratio

Contoh kasus :

Laporan Rugi Laba yang diproyeksikan untuk Tahun Anggaran yang akan datang :

Laporan Laba Rugi yang Diproyeksikan
Tahun Anggaran 20XX

Pendapatan penjualan : Rp. 8000 x 100.000 : Rp. 800.000.000
Biaya Variabel : Rp. 4800 x 100.000 : Rp. 480.000.000 (-)

Laba kontribusi : Rp. 320.000.000
Biaya Tetap : Rp. 256.000.000 (-)

Laba Bersih : Rp. 64.000.000

Diketahui :

Harga jual /unit : Rp. 8000
Biaya variabel/unit : Rp. 4800
Volume penjualan : 100.000 unit
Biaya Tetap : Rp. 256.000.000
Dari biaya tersebut biaya tunainya sebesar : Rp. 135.000.000

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui :

1. Titik Impas : Rp. 256.000.000 / (8000 – 4800) = 80.000
(unit)

2. Titik Impas (Rp) : Rp. 256.000.000 / (1 – 4800/8000) =
Rp. 640.000.000

3. Margin of Safety : Jml Penjulan – Titik Impas
: (Rp. 8000 x 100.000) – Rp. 640.000.000 =
Rp. 160.000.000

https://whindhy.wordpress.com/2011/05/10/analisis-aliran-kas-dan-break-even-pointbep/
http://dokumen.tips/documents/pengertian-analisis-titik-impas-55b514569eblainnya

Sabtu, 09 April 2016

ANALISIS RASIO LAPORAN KEUANGAN



ANALISIS RASIO LAPORAN KEUANGAN
TULISAN

Nama  : Rahmalia Putri
NPM   : 47213170
Kelas  : 3DA01
Analisis Laporan Keuangan #

Pengertian Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan lainnya, yang memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan meramalkan reaksi para calon investor dan kreditur serta dapat ditempuh untuk memperoleh tambahan dana. (Zaki Baridwan, 1997 :17). Dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisis memerlukan adanya ukuran atau yardstick tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah rasio. Pengertian rasio sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam “aritmatical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data keuangan. 

 Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Menurut Rahardjo (2007 : 104) rasio keuangan perusahaan diklasifikasikan menjadi lima kelompok, yaitu :  
- Rasio Likuiditas (liquidity ratios), yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.  
- Rasio Solvabilitas (leverage atau solvency ratios), yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.  
- Rasio Aktivitas (activity ratios), yang menunjukkan tingkat efektifitas penggunaan aktiva atau kekayaan perusahaan.  
- Rasio Profitabilitas dan Rentabilitas (profitability ratios), yang menunjukka tingkat imbalan atau perolehan (keuntungan) dibanding penjualan atau aktiva.
- Rasio Investasi (investment ratios), yang menunjukkan rasio investasi dalam surat berharga atau efek, khususnya saham dan obligasi.

Penggunaan Rasio Keuangan
Pada dasarnya macam atau jumlah angka-angka rasio banyak sekali karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisis. Namun demikian angka-angka rasio yang pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua kelompok (Munawir, 1992 : 68), yaitu :
a.         Penggolonagn berdasarkan sumber data
1.         Rasio-rasio neraca (balance sheet rasio), yaitu rasio-rasio yang disususn dari data yang bersumber atau yang berasal dari neraca.
2.         Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratio), yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan laba rugi.
3.         Rasio-rasio antar laporan (intern statement ratio), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data yang berasal dari laporan laba rugi.
b.         Penggolongan berdasarkan tujuan penganalisis
1.         Rasio likuiditas
2.         Rasio solvabilitas
3.         Rasio rentabilitas
4.         Dan rasio lain yang sesuai dengan kebutuhan penganalisis

1.   Rasio Likuiditas
Adalah  menunjukkan  kemampuan suatu  perusahaan  untuk  memenuhi kewajiban  keuangannya  yang  harus segera  dipenuhi, atau  kemampuan   perusahaan  untuk memenuhi  kewajiban  keuangan pada saat ditagih (S. Munawir, 1995 hal 31).
Rasio  likuiditas  terdiri dari :

a.  Current Ratio
Current  Ratio adalah perbandingan  antara  aktiva lancar  dan utang  lancar (Miswanto dan Eko Widodo, 1998, hal 83).
Rumus  :
Current Ratio  =  Aktiva Lancar / Hutang Lancar

Current  ratio  menunjukkan  kemampuan  perusahaan  untuk  membayar  utangnya  yang harus  segera  dipenuhi dengan mengunakan aktiva lancar yang dimilikinya.

 b.  Cash Ratio  (Ratio Immediate Solvency)
Aktiva  perusahaan  yang paling  likuid  adalah  kas  dan  surat   berharga. Cash  ratio  menunjukkan  kemampuan  perusahaan  untuk membayar  utang  jangka  pendek  dengan  kas  dan surat  berharga  yang dapat   segera  diuangkan. Tidak terdapat  standar  likuiditas  untuk  cash  ratio sehingga  penilaiannya  tergantung  pada  kebijakan   manajemen.
Rumus  :
Cash Ratio  = Kas + Surat Berharga / Hutang Lancar

 c.   Quick Ratio (Acid Test Ratio)
Quick ratio  merupakan rasio  antara   aktiva  lancar  sesudah dikurangi  persediaan  dengan  hutang lancar. Rasio ini  menunjukkan  besarnya  alat  likuid   yang paling cepat   bisa  digunakan  untuk melunasi     hutang lancar.  Persediaan  dianggap aktiva   lancar  yang paling   tidak lancar, sebab  untuk menjadi    uang tunai  (kas)  memerlukan  dua  langkah  yakni   menjadi piutang  terlebih dulu  sebelum menjadi kas.
Rumus :
Quick Ratio  =  Aktiva Lancar – Persediaan / Hutang Lancar
 
2 .   Ratio Solvabilitas
Solvabilitas  suatu  perusahaan  menunjukkan  kemampuan  perusahaan  untuk  memenuhi  segala kewajiban   finansialnya  apabila  sekiranya   perusahaan  tersebut  pada saat itu  dilikuidasikan (Bambang Riyanto, 1995, hal 32).
Suatu  perusahaan yang  solvabel  belum  tentu  likuid  dan  sebaliknya  sebuah  perusahaan  yang  insolvabel  belum  tentu  ilikuid. Dalam  hubungan antara  likuiditas  dan solvabilitas  ada empat   kemungkinan  yang dapat   dialami  oleh perusahaan yaitu :
a.     Perusahaan yang likuid  tetapi insolvabel
b.     Perusahaan  yang likuid  dan solvabel
c.     Perusahaan yang solvabel  tetapi ilikuid
d.    Perusahaan  yang insolvabel  dan ilikuid

Tingkat   solvabilitas  diukur  dengan beberapa   rasio,  yaitu :
a.     Total Assets  to Total  Debt Ratio
Total  Assets  to total  Debt Ratio  adalah  ratio  yang dihasilkan   dengan membandingkan  jumlah aktiva  (total assets)  di satu   pihak  dengan   jumlah utang (total debt  dilain pihak).
Rumus :
Total Debt Ratio   = Total Hutang / Total Aktiva

b.Total Debt To Equity ratio
Rasio ini   membandingkan  modal sendiri  (Net  worth)  di satu pihak   dengan total    hutang  (Total  Debt) di lain pihak.
Rumus  :
Total Debt To Equity Ratio = Total Hutang / Modal Sendiri 
Makin kecil  prosentase ratio  ini berarti  makin    cepat perusahaan menjadi insolvabel. Tingkat   solvabilitas  dapat  dipertinggi  hanya dengan  jalan penambahan  modal sendiri dengan alternatif  sebagai berikut :
1.   Menambah  aktiva tanpa  menambah  utang atau   menambah  aktiva relatif  lebih besar  daripada  bertambahannya  hutang.
2.   Mengurangi  hutang  tanpa   mengurangi  aktiva  atau mengurangi  hutang  relatif  besar  daripada  berkurangnya  aktiva.

3.   Rasio  Rentabilitas
Rentabilitas  suatu  perusahaan  menunjukkan   perbandingan antara  laba  dengan aktiva   atau modal  yang menghasilkan  laba tersebut. Dengan kata  lain rentabilitas  adalah  kemampuan  suatu perusahaan  untuk menghasilkan laba  selama  periode  tertentu (Bambang Riyanto, 1997,     hal 35).

Adapun  cara penilaian  Rentabilitas  adalah :

a. Rasio  Rentabilitas  Ekonomi (Earning Power)
Rentabilitas  ekonomi  ialah perbandingan antara  laba usaha  dengan modal  sendiri  dan modal asing  yang dipergunakan  untuk  menghasilkan  laba tersebut  dan dinyatakan  dalam  persentase (Bambang Riyanto, 1997, hal  36).
Modal   yang diperhitungkan   untuk menghitung  rentabilitas  ekonomi   hanyalah modal   yang  bekerja  didalam perusahaan  (Operating Capital / Assets). Demikian pula laba  yang diperhitungkan  untuk menghitung   rentabilitas  ekonomi  hanyalah  laba yang berasal  dari operasi   perusahaan,  yaitu  yang disebut   laba usaha  (Net  Operating  Income).
Rumus :
Rentabilitas Ekonomi  = EAT / Total Aktiva       
                                           
 Tinggi  rendahnya  rentabilitas  ekonomi  ditentukan  oleh dua faktor   yaitu :
-  Profit   Margin,  yaitu  perbandingan  antara  “Net  Operating Income”, dengan “Net Sales”, perbandingan   mana dinyatakan   dalam persentase.
- Turnover  of Operating  Assets  (Tingkat  perputaran aktiva  usaha), yaitu kecepatan berputarnya  operating  asets  dalam  suatu  periode tertentu.


b.     Rentabilitas modal sendiri
Rentabilitas  modal sendiri atau sering  juga  dinamakan rentabilitas  usaha adalah  perbandingan  antara  jumlah  laba yang  tersedia  bagi  pemilik   modal sendiri  disatu   pihak  dengan jumlah   modal sendiri  yang menghasilkan   laba tersebut  dilain  pihak (Bambang Riyanto, 1997, hal 44).
Rumus  :
Rentabilitas Modal Sendiri =   EAT / Modal Sendiri  

Pemakai Rasio Keuangan
Analisis yang berbeda akan memilih jenis rasio yang berlainan, tergantung pada siapa yang menggunakan rasio tersebut. Menurut Budi Rahardjo (1992 : 12) menyatakan bahwa pengguna rasio keuangan dapat dibedakan menjadi :

a.         Intern, yaitu manajemen itu sendiri untuk mengetahui perkembangan perusahaan maupun posisi relative terhadap perusahaan sejenis dlam industry yang sama.

b.         Ekstern, yaitu dapat dibedakan menjadi :

1.         Kreditur yang memberikan pinjaman kepada perusahaan yang dapat diklasifikasikan menjadi : krediturjangka pendek dan kreditur jangka panjang. Kreditur jangka pendek merupakan orang atau lembaga keuangan yang member pinjaman kepada perusahaan dalam jangka pendek atau yang pinjam akan segera jatuh tempo (tahun ini). Kreditur jangka pendek ini akan lebih menekankan pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau lebih tertarik pada likuiditas. Kreditur jangka panjang merupakan orang atau lembaga keuangan yang memberikan pinjaman jangka panjang atau memegang obligasi yang dikeluarkan perusahaan. Kreditur jangka panjang akan menekankan pada kelangsungan pembayaran bunga maupun pokok pinjaman. Mereka lebih menekannkan pada likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas.

2.         Investor atau pemegang saham sebagai tambahan terhadap likuiditas. Penanam modal (pemilik perusahaan) juga memperhitungkan kebijakan perusahaan yang mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut di pasaran.





http://matahari18.blogspot.co.id/2013/09/makalah-rasio-keuangan.html?m=1
http://nitanit24.blogspot.co.id/2013/03/analisis-rasio-keuangan.html?m=1
https://dwiermayanti.wordpress.com/2011/06/10/analisis-rasio-keuangan/
 

Rahmalia putri Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang